download

PT TWC Dorong Peningkatan Kapasitas Bakat & Minat Penyandang Difabel Tunanetra di DI Yogyakarta

3 minutes

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko ikut serta berperan untuk mendorong peningkatan kapasitas bagi difabel di DI Yogyakarta. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan intensif untuk mengasah ketrampilan pijat, bermain musik dan pembawa acara bagi difabel tunanetra di University Hotel Yogyakarta.

Kegiatan yang dilaksanakan dari 29-30 Agustus 2022 ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi para difabel. Hal ini turut berperan untuk membantu proses pemulihan ekonomi di masa pascapandemi ini.

Selama dua hari berturut-turut, mereka diberikan pelatihan intensif berupa materi-materi yang berguna untuk mengembangkan bakat serta mengasah talenta yang mereka miliki, sebagai bekal untuk menjadi berdaya dan mandiri. Sementara peserta yang berjumlah 17 orang ini yang berasal dari komunitas Jaya Musik Malioboro dan juga sembilan siswa-siswi MAN II Sleman, Yogyakarta.

Pelatihan ini dibuka secara langsung oleh Corporate Secretary PT TWC AY Suhartanto bersama Sekretaris Dinas Sosial DI Yogyakarta Suyarno, Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Muhammadiyah DI Yogyakarta Ridwan Furqoni dan Plt TJSL & SME Founding Manager PT TWC Ismiyati. Kegiatan yang terlaksana berkat kerja sama antara PT TWC dan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Muhammadiyah DIY ini.

Corporate Secretary PT TWC AY Suhartanto mengatakan bahwa kegiatan ini sudah menjadi kewajiban yang menjunjung  dan mengimplementasikan nilai AKHLAK dalam perusahaannya. Sebagai perusahaan BUMN, PT TWC berpartisipasi untuk mengembangkan kapasitas difabel dan membangun ekosistem yang ekosistem ekonomi yang inklusif.

“Butuh komitmen bersama untuk mewujudkannya. Perlu adanya sinergi yang aktif antara instansi pemerintah, BUMN dan swasta dalam mendorong lebih dalam mempercepat perwujudan ekonomi inklusif bagi para difabel agar mandiri dalam sektor ekonomi,” jelasnya.

Sekretaris Dinas Sosial DI Yogyakarta Suyarno menjelaskan bahwa Indonesia telah ikut serta meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak-hak penyandang disabilitas. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak keterbatasan dan tantangan yang dihadapi bersama dalam meningkatkan kesejahteraan bagi para difabel ini.

“Pemerintah tidak bisa sendiri. Pihak swasta dan kelompok masyarakat harus bersama untuk meningkatkan harkat dan martabat para difabel ini. Pelatihan ini menjadi bentuk sinergi yang mengawali langkah dalam membantu para difabel ke depannya,” terangnya.

Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Muhammadiyah DI Yogyakarta Ridwan Furqoni menjelaskan bahwa nantinya program ini akan dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk menyelaraskan tujuan dalam pengembangan potensi dan kapasitas difabel ke depan.

“RTL ini nantinya bisa menjadi pedoman dalam menentukan langkah ke depan terkait pendampingan yang bisa menambah kapasitas teman difabel untuk nanti bekal di waktu-waktu yang akan datang,” ujarnya.

Salah satu peserta pelatihan, Nur Eko Prasetyo (16 tahun) mengatakan bahwa ilmu teknik pijat yang diajarkan oleh instruktur saat pelatihan sudah cukup komprehensif. Dirinya yang baru pertama kali belajar pijat ini mengaku tertarik untuk memperdalam teknik memijat sebagai bekal nanti ke depan.

“Pelatihannya sangat bagus, sudah bisa menambah pengetahuan. Karena kalau saya pribadi belum terlalu paham dengan pelatihan pijat gitu, baru pertama mengikuti jadinya mungkin sesuatu hal yang baru. Manfaatnya juga sangat banyak,” kata siswa kelas XII MAN II Sleman ini.

Salah satu anggota Jaya Musik Malioboro Dedy Sufiyandi (40 tahun) mengaku mendapat ilmu baru dalam memainkan musik secara grup. Dedy yang berprofesi sebagai pemain bass dalam grup band Askara Tunanetra ini berharap bisa diberi peluang untuk tampil menghibur wisatawan di destinasi-destinasi wisata, terutama yang dikelola oleh PT TWC.

“Semoga kami diberikan kesempatan untuk mengisi di tempat wisata candi yang tentunya ini bisa membantu kami mencukupi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.