download

Menikmati Prambanan dalam Sunyi saat Hari Suci Nyepi

3 minutes

Riuh wisatawan tak terdengar. Hanya ada semilir angin yang berhembus menemani derasnya gemeretak dahan ranting, hadirkan nuansa genting. Kupu-kupu bebas berterbangan. Satwa tupai menuruni pohon diiringi kicau burung-burung. Candi Prambanan di Hari Suci Nyepi ini benar-benar bisa bernapas.

PT TWC melalui program “Prambanan dalam Sunyi” melakukan penutupan operasional destinasi Taman Wisata Candi Prambanan saat momen Hari Suci Nyepi 1946. Penutupan operasional ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2024 mulai pukul 05.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB.

Penutupan ini juga diiringi dengan pemadaman listrik di kawasan TWC Prambanan di tanggal 11 Maret 2024 pada pukul 06.00 WIB sampai 06.00 WIB di tanggal 12 Maret 2024. Selain itu, saat penutupan destinasi ini, kawasan Candi Prambanan dijaga oleh bregada serta pasukan berkuda dari brigade Turangga Polda DI Yogyakarta.

Kawasan Candi Prambanan terasa hening, tak seperti biasanya yang selalu ramai, penuh wisatawan dari dalam dan luar negeri. Akses naik ke kawasan candi pun ditutup dan di gerbang masuk dijaga oleh dua orang Bregada Mantrijeron. Pasukan berkuda dari Brigade Turangga Polda DIY juga tampak menjaga kawasan destinasi Warisan Budaya Dunia.

Prambanan dalam Sunyi menghadirkan suasana hening di kawasan Warisan Budaya Dunia. Hal ini sesuai dengan aturan Catur (Brata) Penyepian, yaitu amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

GM of Prambanan & Ratu Boko I Gusti Putu Ngurah Sedana menjelaskan bahwa amati geni menjadi pantangan bagi umat Hindu untuk menyalakan api, listrik, cahaya, atau unsur lain yang identik dengan sifat amarah seperti api. Sehingga aturan ini diterapkan dengan penantian listrik di seluruh kawasan Candi Prambanan.

Amati lelanguan adalah larangan untuk berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan saat perayaan Nyepi. Larangan ketiga adalah amati lelungan, yaitu larangan bepergian sekaligus anjuran untuk berdiam di dalam rumah. Larangan keempat, amati karya, adalah larangan untuk bekerja selama Hari Suci Nyepi. Larangan ini berlaku selama 24 jam sehingga Candi Prambanan hari ini dapat bernafas lega dari hiruk-pikuk kehidupan.

“Jadi seluruh teman-teman karyawan yang ada disini termasuk teman-teman dari pengkios juga libur total, tidak aktivitas sama sekali. Makna universal dari Catur Brata Penyepian, baik tentang introspeksi diri serta menumbuhkan perilaku harmoni dengan lingkungan sekitar. Keduanya mengajarkan nilai-nilai esensial tentang kebijaksanaan dan harmoni sosial untuk hadirkan kedamaian dunia,” jelasnya.

Salah satu anggota Bregada Mantrijeron Tian Juniardo yang turut melakukan penjagaan di pintu masuk Candi Prambanan sisi Timur mengatakan, kelompok Bregada Mantrijeron sangat mendukung kegiatan Prambanan Dalam Sunyi ini karena merupakan bentuk penghormatan dan toleransi.

“Tahun ini merupakan tahun kedua Bregada Mantrijeron terlibat dalam penjagaan Candi Prambanan pada saat Hari Raya Nyepi,” katanya.

Menurut dia, untuk pakaian yang dikenakan saat ini merupakan modifikasi dari pakaian Prajurit “Daeng” Keraton Yogyakarta yang dimodifikasi agar tidak sama persis dengan seragam asli Prajurit Daeng. Sedangkan pada tahun lalu menggunakan seragam Prajurit Lombok Abang Keraton Yogyakarta.

“Aturannya memang seperti itu jadi pakaian atau seragam dari bregada itu pola dasarnya memang mengacu ke seragam prajurit keraton, namun tidak boleh sama persis, harus dimodifikasi seperti celana tidak boleh sama persis atau lainnya,” katanya.

Momen sakral ini juga diabadikan melalui sapuan kuas 9 pelukis, antara lain Teuku Shabir, Rahmat Qadriyanto, Gaga, Difda Ainul Hakim, Haris irfanudin, Rubina Stevia Laiqa, Nikita Valencia Laiqa, Hudzaifah, Yovanka Al-Farugh Maylovantino dan pelukis lokal Prambanan, Pengging.

Masing-masing dari mereka akan menggambarkan bagaimana Prambanan dengan kesunyiannya itu melalui sketsa gambar yang akan merekam nuansa ‘Prambanan dalam Sunyi’.

Saat dijumpai, Syakil, mahasiswa jurusan Pendidikan Seni UNY yang turut serta dalam kegiatan melukis ini mengaku kagum dengan Candi Prambanan. Kata dia, suasana Prambanan Dalam Sunyi itu jarang terjadi sehingga ia ingin mengabadikan momen tersebut dalam karya lukisannya.

“Saya akan mencoba menghadirkan Prambanan dalam sunyi dengan aliran surialis,” tandasnya.